Sabtu, 31 Agustus 2013
kespro
Konsep
Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat
kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka
wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan
kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa
sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab
:
1. Wanita
menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan
fungsi reproduksinya
2. Kesehatan
wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan
dilahirkan.
3. Kesehatan
wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan
“pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
4. Masalah
kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya
Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan
kependudukan (Beijing dan Kairo).
5. Berdasarkan
pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan
pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi
kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan
kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.
Definisi Kesehatan Reproduksi
Wanita.
Berdasarkan Konferensi Wanita
sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan
Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi
tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal
pokok dalam reproduksi wanita yaitu :
- Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
- Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
- Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
- Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)
Adapun
definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara
internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada
pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan
menentukan kelahiran anak mereka.
Indikator Permasalahan Kesehatan
Reproduksi Wanita.
Dalam
pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata
sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian
sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas
hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di
negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara
tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita.
Indikator-indikator
permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
- Jender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
- Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
- Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
- Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
- Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
- Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung
dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi
juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini
mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai
pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya.
Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang,
merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga
dan masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita
masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak
kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak
laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan
anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada
suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat
persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari
wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada
akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan
keputusan.
5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang
buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia
diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa
kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir
sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan
membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar.
Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak
dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan
perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap
beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka
atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan
adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci,
memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup
berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
6 6. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai
penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam
lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut
terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak
hanya dipengaruhi oleh waktu.
0 komentar:
Posting Komentar