Kamis, 19 September 2013
Penyakit TBC dan Kehamilan
Penyakit TBC bisa menimpa siapa saja.
Tak terkecuali dengan ibu hamil. Bahkan, ibu hamil yang memang sedang
dalam keadaan rentan akibat daya tahan tubuhnya yang sedang menurun,
sangat berisiko terkena serangan TBC. Baik TBC laten maupun TBC aktif.
Seperti apakah risiko TBC dan kehamilan itu? Yuk kita simak semuanya
dalam uraian berikut ini.
Seorang ibu yang sedang hamil dan
mengidap penyakit TBC, jika TBC-nya itu tidak diobati dengan benar, dia
akan berisiko melahirkan bayi yang prematur atau melahirkan bayi yang
berpenyakit TBC juga.
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit
TBC pada tubuh ibu hamil, perlu dilakukan pengetesan. Tesnya berupa tes
tuberculin, tes ada tidaknya bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam
darah, atau tes yang lainnya. Akan tetapi utuk ibu hamil lebih aman
menggunakan tes darah. Tes ini bisa memberikan hasil positif tidaknya
ibu hamil terinfeksi TBC baik fase laten maupun fase aktif.
Pengobatan TBC untuk ibu hamil dan orang
biasa itu berbeda. Hal ini didasarkan pada tingkat bahaya tidaknya obat
terhadap janin bayi yang dikandungnya. Dokter biasanya memberikan obat
berupa isoniasid (INH) setiap hari atau 2 kali seminggu selama 9 bulan
kehamilan untuk ibu hamil yang menderita TBC laten (Laten TB Infection =
LTBI). Selain itu, mereka juga diberi suplemen piridoksin (vitamin B6).
Adapun untuk ibu hamil penderita penyakit TBC aktif, dokter biasanya
memberi INH, rifampin (RIF), dan juga etambutol (EMB) setiap hari selama
2 bulan yang diikuti INH dan RIF per hari atau dua kali seminggu selama
bulan berikutnya.
Dokter mengatakan bahwa selain
obat-obatan yang tersebut di atas, obat lain akan membahayakan janin di
dalam perut ibunya. Misalnya saja seperti sterptomisin, kanamisin,
amikasin, kapreomisin, dan fluoroquinolones. Sehingga jika sakit apapun,
tak hanya TBC, ibu hamil harus selalu berkonsultasi dengan dokter
mengenai obat yang dikonsumsinya.
Pengobatan TBC dan kehamilan berlanjut
setelah si ibu melahirkan. Jika si ibu hamil yang menderita TBC laten
melahirkan, dia masih bisa menyusui bayinya dengan ASI. Hal ini karena
konsentrasi obat yang ada di dalam ASI-nya sangat sedikit untuk
menyebabkan racun. Dan ini juga berarti tidak efektifnya pengobatan bayi
yang mengidap TBC laten melalui ibunya lewat ASI. Jadi di sini, walau
pun si ibu menyussi, jika si ibu belum sembuh TBC-nya, si ibu bisa
mengonsumsi INH dan juga piridoksin.
Lain halnya jika si ibu menderita TBC
aktif, apalagi sudah di level parah. Tidak memberi ASI ditengarai bisa
menjadi jalan yang aman buat bayinya. Tentu saja karena obat yang
dikonsumsinya berkemungkinan menjadi racun bagi bayinya.
Itulah sekelumit hal tentang TBC dan kehamilan. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar