Minggu, 24 November 2013
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
STANDAR
PELAYANAN KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai
salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi,
dalam meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan / atau jasa,
sehingga dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja, dan
masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya. (Djoko Wijono, 1999 : 623).
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah
besar. Angka kematian ibu ( AKI) yang menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000
kelahiran hidup, mengalami penurunan yang lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000
kelahiran hidup (SKRT 1995). Angka ini 3-6 kali lebih besar dari Negara diwilayah
ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka dinegara maju.
Angka
kematian bayi (AKB) di indinesia, menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia 1997 adalah 52/100 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingaka Negara
ASEAN lainnya, AKB indonesia2-5 kali lebih tinggi. Menurut Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal merupakan penyebab utama kematian
bayi (33,5%) di luar pulau jawa – bali dan merupakan penyebab kematian kedua
(26,9%) diluar jawa – bali.
Standar pelayanan kebidanan dapat
pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalalm
menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar
untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum
pendidikan. Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan
kebutuhan operasional untuk penerapannya , misalnya kebutuhan akan
pengorganisasian , mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit
terhadap pelaksana kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan
dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan
secara lebih spesifik. Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan
perorangan di puskesmas adalah
kepuasan pasien. (Djoko
Wijono, 1999 : 623).
2.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Standar Pelayanan persalinan di BPS Ny.Romih, Amd.keb
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
Standar – Standar apa saja yang dapat meningkatkan pelayanan yang bermutu
b. Mengidentifikasi Standar Masukan di
BPS Ny.Romih, Amd.keb.
c. Mengidentifikasi Standar Lingkungan
di BPS Ny.Romih, Amd.keb.
d. Mengidentifikasi Standar Proses di
BPS Ny.Romih, Amd.keb
3. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Kelompok
a.
Peneliti
dapat menambah wawasan baru, pengalaman serta meningkatkan pengetahuan tentang
meningkatkan mutu pelayanan di BPS.
b.
Dapat
menjadi acuan penelitian selanjutnya.
2.
Bagi Instansi Pendidikan
a.
Sebagai
sumber materi ilmiah.
b.
Sebagai
sumber pengembangan ilmu kebidanan.
3.
Bagi Tempat Penelitian
a.
Sebagai
acuan dalam meningkatkan pelayanan yang bermutu.
b.
Dapat
memberikan kepuasan kepada pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
Standar
Pelayanan Kebidanan
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
standar di bawah ini perlu dipantau serta dinilai secara objektif dan
berkesinambungan. Apabila ditemukan penyimpangan perlu segera di perbaiki.
Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsur palayanan
kesehatan standar dalam program menjaga mutu dapat dibedakan atas 2 macam.
1. STANDAR PERSYARATAN MINIMAL
a. Standar Masukan (INPUT)
1. Standar of personel
Kriteria standar of personel dalam persalinan di BPS
Ny.Romih Amd. Keb
1.
Lulusan D3
2.
Sebagai
pegawai puskesmas
3.
Sebagai
bidan BPS
4.
Bidan Delima
2. Standar of fasilitas
No
|
Jenis alat
|
jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
|
2 klem Kelly
Gunting tali pusat
Benang tali pusat
Kateter nelaton
Gunting episiotomi
Alat pemecah selaput ketuban atau ½ kocher
2
pasang sarung tangan DDT
Kasa
atau kain
kecil
Tabung
suntik 2 ½ atau 3 ml dengan jarum IM sekali pakai
Kateter
penghisap De Lee
Patograf
Kertas
kosong atau formulir rujukan
Pena
Termometer
Pita
pengukur
Doppler
Jam
yang mempunyai detik
Stetoskop
Tensimeter
Larutan klorin
Sabun dan deterjen
Sikat kuku dan penggunting kuku
Celemek
Kain plastik untuk alas ibu bersalin
Kantong plastik
3 botol larutan ringer laktat 500 ml
Set infus
2 kateter intravena ukuran 16-18 G
2 ampul metil ergometrin malet 0,2 mg
3 ampul oksitosin 10 U
10 misoprostol
2 vial larutan magnesium sulfat 40%
2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 21/2 ml
Bahan –bahan untuk penjahitan episiotomi
1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta jarumnya
20 ml larutan lidokain 1%
Pemegang jarum
Pinset
Jarum jahit
Benang catgut
1 pasang sarung tangan DDT
|
2 pasang
2 buah
2 bungkus
2 buah
2 buah
2 buah
2 pasang
ada
1 bok
2 buah
1 lembar
1 lembar
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 bak
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
3 buah
3 buah
2 buah
1 dos
1 dos
10 buah
2 buah
2 buah
1 buah
Ada
2 buah
2 buah
1 bungkus
2 bungkus
1 pasang
|
(sarwono prawirohardjo, 2007 :
102)
Standar fasiltas di BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd. Keb.
Jenis alat
|
Ju mlah
|
1. 2 klem kelly
2. Gunting
tali pusat
3. Benang
tali pusat
4. Kateter nelaton
5. Gunting
episiotomi
6. Alat
pemecah selaput ketuban atau ½ kocher
7. Kasa
atau kain kecil
8. Tabung
suntik 2 ½ atau 3 ml dengan jarum IM sekali pakai
9. Kateter
penghisap De Lee
10. Termometer
11. Pita pengukur
12. Doppler
13. Jam yang mempunyai detik
14. Stetoskop
15. Tensimeter
16. Larutan klorin
17. Sabun
dan deterjen
18. Celemek
19. Kain
plastik untuk alas ibu bersalin
20. Kantong
plastik
21. 3 botol
larutan ringer laktat 500 ml
22. Set
infus
23. 2
kateter intravena ukuran 16-18 G
24. 2 ampul
metil ergometrin malet 0,2 mg
25. 3
ampul oksitosin 10 U
Bahan –bahan untuk
penjahitan episiotomi
26. 1 buah
alat suntik sekali pakai 10 ml beserta jarumnya
27. 20 ml
larutan lidokain 1%
28. Pemegang
jarum
29. Pinset
30. Jarum
jahit
31. Benang
catgut
32. 1 pasang sarung tangan DDT
|
4 pasang
4 buah
Tidak ada (klem tali pusat)
3 buah
4 buah
4 buah
Ada
2 bok
2 buah
4 buah
3 buah
-
3 buah
4 buah
3 buah
Ada
Ada
4 buah
3 buah
2 bungkus
Ada
3 buah
Ada
1 dos
2 dos
2 bok
Ada
4 buah
4 buah
4 bungkus
5 bungkus
2
dos
|
b.
Standar lingkungan
1.
Standar Organisasi
Banyak upaya telah di lakukan organisasi profesi untuk
tetap meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan antara lain:
1. Mengharuskan
setiap anggotanya untuk mempunyai
standart kompetensi minimal dan
terus meningkatkan katerampilan serta pengetahuan mereka.
2. Pelatihan
APN dalam rangka mengurangi risiko kematian pada ibu melahirkan dan mengurangi
serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.
3. IBI tahun
2004, meluncurkan program bidan delima. Bidan delima merupakan program mencapai
standart pelayanan tinggi sesuai dengan aturan organisasi kesehatan dunia
(WHO), seperti kemampua bidan menolong persalinan sampai asuhan masa nifas,
masa inerval, KB, memperlakukan pasien secara manusiawi
4. IBI selalu
mengupayakan anggotanya dapat meningkatkan kualitas diri dan pelayanannya, baik
untuk jenjang pendidikan bidan maupun kemudahan penyediaan sarana klinik bidan
swasta, seperti menjalin kerja sama dengan organisasi dan badan keuangan untuk
penyediaan kredit modal kerja berupa obat-obatan bebas maupun obat-obatan
kontrasepsi.
5. Memberi
motivasi kepada anggotanya melalui pemberian penghargaan kepada bidan.
Misalnya, IBI DKI memberi penghargaan kepada bidan dengan kriteria ”Bidan
Bersih Berprestasi”, “Bidan Bintang”, “Bidan Sahabat”, “Bidan Delima”.
(Erna juliana simatupang, SKM : 30)
2.
Standar dasar hukum
1. UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
3. KepMenKes RI No.900/Menkes/SK/VII/2002/tentang registrasi dan praktik bidan
4. Keputusan kepala badan kepegawaian negara No.6 tahun 2004 tentang tunjangan
fungsional bidan
5. Keputusan Menteri Negara pendayaan aparatur negara No.932/Kep/M.PAN/II/2001
tentang jabatan fungsional bidan dan angka kreditnya
` (Erna juliana simatupang, SKM : 30)
c.
Standar Proses
Terdapat 4
standar dalam pertolongan persalinan sebagai berikut:
1. Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I
Pernyataan Standar
Bidan menilai secara tepat bahwa
persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai,
dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
PROSES:
1.
Mengijinkan
ibu untuk memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan
kelahiran.
Kenyataan diBPS: bidan mengijinkan ibu untuk memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran.
2.
Segera
mendatangi ibu hamil ketika diberitahu bahwa persalinan sudah mulai/ ketuban
sudah pecah.
Kenyataan diBPS: bidan mendatangi ibu hamil ketika diberitahu bahwa ketuban sudah pecah.
3.
Cuci tangan
dengan sabun air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-betul
kering dengan handuk bersih setiap kali sesudah dan setelah kaontak dengan
pasien. (kuku harus dipotong pendek dan
bersih). Gunakan sarung tangan apapun menangani benda yang terkontaminasi
oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.
Kenyataan diBPS: bidan mencuci tangan dengan sabun air bersih yang mengalir, kemudian mengeringkan dengan handuk bersih setiap kali sesudah dan setelah
kontak dengan pasien. Bidan juga
menggunakan
sarung tangan dalam menangani
benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Serta menggunakan sarung
tangan DTT/steril untuk semua
pemeriksaan vagina.
4.
Menanyakan
riwayat ibu secara lengkap.
Kenyataan
diBPS: bidan menanyakan
riwayat ibu secara lengkap.
5. Melakukan
pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan
membeerikan perhatian terhadap tekanan
darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah
ketuban pecah).
Kenyataan
diBPS: bidan melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan membeerikan perhatian
terhadap tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama
kontraksi dan apakah ketuban pecah).
6. Melakukan
pemeriksaan dalam secara aseptic dan
sesuai dengan kebutuhan.(jika his teratur dan tidak ada hal yang
mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka
tidak perlu segera dilakukan periksa dalam).
Kenyataan
diBPS: Bidan melakukan pemeriksaan dalam secara
asptic dan sesuai dengan kebutuhan
7. Dalam
pemeriksaan dalam cukup setiap empat jam dan selalu secara aseptic.
Kenyataan
diBPS: Dilakukan VT tetapi disesuaikan dengan keadaan pasien.
8. Jangan
melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih
banyak dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada persalinan.
Perdarahan dalam persalina disebabkan oleh komplikasi septeri plasenta
previa,segera rujuk kepuskesmas atau rumah sakit terdekat (ikuti langkah yang
tercantum dalam standar 16).
Kenyataan
diBPS: Bidan tidak melakukan
pemeriksaan dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih
banyak dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada persalinan.
9.
Catat semua
temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf
pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan
komplikasi atau masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk
kepuskesmas / rumah sakit yang tepat.
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu
ibu dan partograf pada saat asuhan diberikan.serta apabila menemukan komplikasi
atau masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas /
rumah sakit yang tepat.
10. Catat sema
temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan catatan
kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih jika
diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan denyut jantung janin, periksa
dalam, pecahnya ketuban, perdarahan cairan vagina, kontraksi uterus,
tanda-tandavital ibu (suhu, nadi, dan tekanan darah), urin, minuman,
obat-obatan yang diberikan, dan informasi yang berkaitan lainnya serta semua
perawatan yang diberikan.
Kenyataan diBPS: Bidan tidak melakukan pencatatan karena pada fase laten waktu pemantauannya lama dan
kebanyakan pasien datang sudah pada fase aktif.
11. Catat semua
temuan pada patograf dan kartu ibu pada ssat ibu datang pada saat fase aktif
(pembukaaan 4 cm atau lebih).
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat semua temuan pada patograf dan kartu ibu pada saat ibu
datang pada saat fase aktif (pembukaaan 4 cm atau lebih).
12. Lengkapi
partograf dengan seksama untuk semua ibu bersalin.
Kenyataan diBPS: Bidan melengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu bersalin.
13. Memantau dan
mencatat denyut jantung janin sedikitnya
setiap 30 menit selama proses persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ
kurang dari 100x/menit atau lebih dan 180x/menit), harus dilakukan tiap 15
menit.
Kenyataan diBPS: Bidan memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya
setiap 30 menit selama proses persalinan,
jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari 100x/menit atau lebih dan
180x/menit), harus dilakukan tiap 15 menit.
14. Memantau dan
mencatat pada partograf hasil pemeriksaan dalam setiap 4 jam (lebih sering jika
ada indikasi medis).
Kenyataan
diBPS: Bidan melakukan pemantau dan pencatatan pada
partograf hasil pemeriksaan dalam setiap 4 jam (lebih sering jika ada indikasi
medis).
15. Catat pada
partograf kontraksi uterus tiap 30
menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan
lamanya kontraksi selama 10 menit.
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat pada partograf kontraksi uterus tiap 30
menit pada fase aktif.palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
16. Catat pada partograf dan amati
penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap
periksa dalam.
Kenyataan
diBPS: Bidan mencatat pada
partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam
dan teruskan setiap periksa dalam.
17. Pantau dan catat pada partograf
-
Tekanan
darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Suhu tiap 2
jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Nadi setiap
4 jam
Kenyataan
diBPS: Bidan memantau dan
mencatat pada partograf
-
Tekanan
darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Suhu tiap 2
jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Nadi setiap
4 jam
18. Minta ibu hamil
agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf
jumlah pengeluaran urine setiapz kali ibu buang air kecil, dan cata protein
aseton yang ada dalam urine.
Kenyataan
diBPS: Bidan menganjurkan pasien
untuk buang air kecil, tetapi pasien tidak mau
membuang air kecil dikarenakan pasien sudah merasa kesakitan.
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap
aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang
dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban
sudah pecah.
Kenyataan
diBPS: Bidan menganjurkan
ibu untuk tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang
dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban
sudah pecah
20. Selama proses persalinan, anjurkan
ibu untuk cukup minum guna menghindari dehidrasi gawat janin.
Kenyataan
diBPS: Bidan membuatkan pasien air
gula dan
menganjurkan ibu untuk cukup minum, guna
menghindari dehidrasi gawat janin.
21. Selama persalinan, beri dukungan
moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil,
suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada orang terdekat
ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan dukungan kepada
ibu selama persalinan.
Kenyataan
diBPS: Bidan memberikan dukungan
moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil,
suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Menganjurkan pada orang
terdekat ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan
dukungan kepada ibu selama persalinan.
22. Jelaskan proses persalinan yang
sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu ibu kemajuan
persalinan secara berkala.
Kenyataan
diBPS: Bidan menjelaskan
proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya.
23. Saat proses persalinan berlangsung,
bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.
Kenyataan
diBPS: Saat proses persalinan berlangsung bidan bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.
24. Lakukan lakukan pertolongan
persalinan secara bersih dan
aman.
Kenyataan
diBPS: Bidan melakukan
pertolongan persalinan secar bersih dan aman.
OUT PUT
1. Ibu bersalin
mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila diperlukan.
Kenyataan
diBPS: Bidan dapat memberikan pertolongan
darurat yang memadai dan tepat waktu, serta disesuaikan dengan keadaan seperti
factor ekonomi, geografi,dan social budaya.
2. Meningkatnya
cakupan persalinan dan komplikasi persalinan dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih.
Kenyataan
diBPS: Menurunkan cakupan persalinan dan komplikasi persalinan serta komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih.
Hal ini terbukti dari hasil laporan peningkatan cakupan tiap bulan.
3. Berkurangnya
kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama.
Kenyataan
diBPS: Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama.
2. Standar 10: Persalinan Kala II Yang Aman
Pernyataan Standar
Bidan melakukan pertolongan
persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta
memperhatikan tradisi setempat.
PROSES:
1.
Menghargai
ibu selama proses persalinan.
Kenyataan
diBPS: Bidan menghargai
ibu seperti mendengarkan semua keluh kesahnya dan memberikan motivasi.
2.
Mengijinkan
ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
Kenyataan diBPS: Bidan mengijinkan ibu untuk memilih
orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran seperti
suami, orang tua dll
3.
Memastikan
tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, dua handuk/kain
hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayu, yang lain untukan dipakai
kemudian), tempat untuk placenta.
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan,
dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayu, yang lain
untukan dipakai kemudian), tempat untuk placenta.
4.
Cuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih.
Kenyataan diBPS: Bidan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian mengeringkan dengan handuk bersih.
5.
Bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman baginya.
Kenyataan diBPS: Bidan menganjurkan pada ibu untuk miring kiri karena
posisi miring kiri dapat mempercepat
penurunan kepala.
6.
Pada kala II
anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah
kelihatan.
Kenyataan diBPS: Pada kala II bidan anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi
sudah kelihatan.
7.
Pada kala
II, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his terakhir, irama dan frekuensinya
harus segera kembali normal.
Kenyataan diBPS: Tidak selalu dipantau karena
disesuaikan dengan keadaan pasien
8.
Hindari
peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menarknya kearah
luar.
Kenyataan
diBPS: Bidan melakukan gerakan
menyapu karena
dengan gerakan menyapu akan mempercepat
pengeluaran kepala
9.
Pakai sarung
tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.
Kenyataan
diBPS: Memakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.
10. Jika ada
kotoran keluar dari rectum, bersihkan dengan kain bersih.
Kenyataan
diBPS: Jika ada kotoran keluar dari rectum, bidan membersihkan dengan kain bersih.
11. Bantu kepala
bayi lahir perlahan, sebaiknya diantar his.
Kenyataan
dipBPS: Bidan membantu mengeluarkan
kepala bayi secara perlahan – lahan.
12. Begitu bahu
sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah persalinan dengan
cara yang tepat.
Kenyataan
diBPS: Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bidan melahirkan bahu dengan cara biparietal dan tehnik POLDA (jempol
didada)
13. Segera
setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan diperut ibu, dan segera keringkan
bayi dengan handuk bersih dan hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan
handuk bersih dan hangat.
Kenyataan diBPS: Segera setelah lahir, bidan memeriksa keadaan bayi, dan meletakkan
diperut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat. Setelah
bayi kering, selimuti bayi dengan handuk bersih dan hangat.
14. Minta ibu
memegang bayinya. Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong diantara dua
klem dengan gunting tajan steril/DTT.
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pengekleman dengan menggunakan klem tali pusat dan
pemotongan tali pusat menggunakan gunting tali pusat
15. Letakkan
bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.
Kenyataan diBPS: Tidak dilakukan karena IMD sulit
diterapkan didaerah pedesaan karena setelah di selimuti, bayi langsung diminta
keluarga untuk di adzanni.
16. Menghisap
lendr dari jalan nafas bayi selalu diperlukan.
Kenyataan
diBPS: Bidan tidak melakukan
penghisapan lender karena akan menyakiti bayi.
17. Untuk
melahiran plasenta, mulailah langkah-langkah untuk penatalaksanaan manajemen
aktif kala tigayang tercantum distandar 11.
Kenyataan diBPS: Bidan melahiran plasenta dengan
langkah-langkah penatalaksaan manajemen aktif kala tiga.
18. Pada saat plasenta sudah dilahirkan
lengkap dan uttuh dengan mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif
persalinan kala tiga (lihat standr 11), lakukan masase uterus agar terjadi
kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.
Kenyataan diBPS: Pada saat plasenta sudah dilahirkan
lengkap dan uttuh dengan mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif
persalinan kala tiga (lihat standr 11), lakukan masase uterus agar terjadi
kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.
19. Segera
satelah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau
perineum.
Kenyataan diBPS: Segera satelah plasenta dikeluarkan, bidan memeriksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau perineum.
20. Perkirakan
jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat perdarahan sulit diukur dan sering
diperkirakan lebih sedikit).
Kenyataan diBPS: Bidan memperkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat
21. Bersihkan
perineum dengan air matang dan tutupi dengan kain bersih/ telah dijemur. Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pembersihan perineum
tapi hanya menggunakan waslap.
22. Berikan
plasenta kepada suami/keluarga ibu.
Kenyataan
diBPS: Bidan memberikan
plasenta kepada suami/keluarga ibu setelah
dibingkus dengan kendi.
23. Pastikan
agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI.
Kenyataan diBPS: Bidan memastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman dan memberikan bayi
kepada ibu untuk diberi ASI.
24. Untuk
perawatan bayi baru lihat standar 13.
Kenyataan
diBPS: Bidan melakukan
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
25. Catat semua
temuan dengan seksama.
Kenyataan
diBPS: Bidan memcatat
semua temuan dengan seksama.
OUT PUT
1. Persalinan
yang bersih dan aman
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan pelayanan persalinan yang bersih dan aman
2. Meningkatnya
kepercayaan terhadap bidan
Kenyataan diBPS: Meningkatnya kepercayaan pasien terhadap bidan
3. Meningkatnya
jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan
Kenyataan diBPS: Meningkatnya jumlah persalinan yang
ditolong oleh bidan
4. Menurunnya
komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran
Kenyataan diBPS: Menurunnya komplikasi seperti perdarahan
postpartum, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran
5. Menurunnya
angka sepsis puerpuralis
Kenyataan diBPS: Menurunnya angka sepsis puerpuralis
3. Standar 11: Pengeluaran Plasenta Dan Peregangan Tali
Pusat
Pernyataan Standar
Bidan melakuakn penegangan tali
pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secara lengkap.
PROSES:
1.
Berikan
penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tetntang prosedur penatalaksanaan
aktif persalinan kala tiga
Kenyataan
diBPS: Bidan memberikan
penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tentang prosedur penatalaksanaan aktif
persalinan kala tiga
2.
Masukkan
oksiitosin 10 IU IM ke dalm alat suntik steril menjelang persalinan
Kenyataan
diBPS: Bidan memasukkan
oksitosin 10 IU IM ke dalm alat suntik steril menjelang persalinan
3.
Setelah bayi
lahir (lihat standar 10). Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong di
antara du klem dengan gunting tajam steril/DTT.
Kenyataan
diBPS: Setelah bayi lahir. Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong di antara
du klem dengan gunting tajam steril/DTT.
4.
Memeriksa
fundus uteri untuk memastikkan kehamilan ganda.
Kenyataan
diBPS: Biidan memeriksa
fundus uteri untuk memastikkan kehamilan ganda.
5.
Tunggu
uterus berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat terus – menerus sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kea rah punggung ibu dan kearah
atas (dorsokranial). Ulangi langkah ini tiap kali ada his. Berhati – hati
jangan menarik tali pusat berlebihan karena akan menyebabkan inversion uteri
Kenyataan
diBPS: Menunggu uterus berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat terus – menerus
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kea rah punggung ibu dan
kearah atas (dorsokranial). Ulangi langkah ini tiap kali ada his.
6.
Bila
plasenta belum lepas setelah melakukan manajemen aktif persalinan kala tiga
dalam waktu 15 menit:
-
Ulangi 10
unit oksitosin IM
-
Periksa
kandung kemih, lakukan katerisasi bila penuh
-
Beritahu
keluarga untuk persiapan merujuk
-
Teruskan
melakukan penatalaksaan aktif persalinan kala tiga selam 15 menit pertama.
-
Rujuk ibu
bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit
Kenyataan
diBPS: Bila plasenta belum lepas setelah melakukan manajemen aktif persalinan kala
tiga dalam waktu 15 menit.
7.
Bila sudah
ada terasa pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali
pusat ditegakkan kea rah bawah kemudian keatas sesuai dengan survey jalan lahir
hingga hingga plasenta tampak pada vulva (jangan mendorong fundus karena dapat
mengakibatkan inversion).
Kenyataan
diBPS: Bila sudah ada terasa pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit
pada saat tali pusat ditegakkan kea rah bawah kemudian keatas sesuai dengan
survey jalan lahir hingga hingga plasenta tampak pada vulva (jangan mendorong
fundus karena dapat mengakibatkan inversion).
8.
Setelah
plasenta tampak divulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam
untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Kenyataan
diBPS: Meneruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang
plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
9.
Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, lakukan masase uterus supaya
berkontraksi.
Kenyataan
diBPS: Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, bidan melakukan masase uterus supaya berkontraksi.
10. Sambil
melakukan masase fundus uteri periksa plasenta dan selaput ketuban untuk
memastikan plasenta utuh dan lengkap.
Kenyataan
diBPS: Sambil melakukan masase fundus uteri, bidan memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.
11. Bila
plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengkap, ikuti standar 20. Jika terjadi
atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat standar 21.
Kenyataan
diBPS: Bila plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengkap, mengikuti standar 20. Jika
terjadi atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat standar 21.
12. Perkirakan
jumlah kehilangan darah secara akurat(ingat
perdarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit).
Kenyataan
diBPSs: Bidan memperkirakan
jumlah kehilangan darah secara akurat
13. Bersihkan
vulva dan perineum dengan air matang dan tuttup dengan pembalut wanita/ kain
bersih/ telah dijemur.
Kenyataan
diBPS: Bidan membersihkan
vulva dan perineum dengan waslap dan tuttup
dengan pembalut wanita/ kain bersih/ telah dijemur.
14. Periksa
tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan seksama. Berikanplasenta kepada
suami atau keluarga ibu.
Kenyataan
diBPS: Bidan memeriksa
tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan seksama. Berikan plasenta
kepada suami atau keluarga ibu.
15. Catat semua
perawatan dan temuan dengan seksama.
Kenyataan
diBPS: Bidan memcatat
semua perawatan dan temuan dengan seksama.
OUT PUT
1.
Menurunkan
terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga
Kenyataan
diBPS: Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada saat persalinan kala tiga
2.
Menurunkan
terjadinya atonia uteri
Kenyataan diBPS: Menurunkan terjadinya atonia uteri
3.
Menurunkan
terjadinya retensio plasenta
Kenyataan diBPS: Menurunkan terjadinya retensio
plasenta
4.
Memperpendek
waktu persalinan kala tiga
Kenyataan diBPS: Memperpendek waktu persalinan kala
tiga
5.
Menurinkan
terjadinya post partum akibat salah penanganan kala tiga.
Kenyataan diBPS: Menurinkan terjadinya post partum
akibat salah penanganan kala tiga.
4. Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin
Melalui Episiotomi
Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat
tanda-tanda gawat janin pada kala II yang aman, dan segera melakukan episiotomy
dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
PROSES:
1.
Memperliatkan
alat steril/DTT untuk tindakan ini
2.
Memberitahu
ibu tetang perlunya episiotomy dilakukan dan yang akan dirasakannya.
3.
Kenakan
sarung tangan sreril/DTT
4.
Jika kepala
janin meregangkan perineum, anastesi local diberikan (pada saat his). Masukkan dua jari tangan kiri kedalam vagina untuk
melindungi kepala sbayi, dan dengan tangan kanan tusukkan jarum sepanjang garis
yang akan digunting (sebaiknya dilakukakn insisi medio-lateral). Sebelum
menyuntikannnya, tarik jaruum sedikit (untuk memastikan jarus tidak menembus
pembuluh dararh). Masukan anastesi perlahan-lahan, sambil menarik alat suntik
perlahan sehingga garis yang akan digunting teranastesi.
5.
Tunggu satu
menit agar anastesinya bekerja, lakukan tes kekebalan/ mati rasa
6.
Pada puncak
his berikutnya, lindungi kepala janin seperti diatas, kemudian lakukan
pengguntingan tunggal secar mantap, (sebaiknya medio lateral).
7.
Tangan kanan
melindungi perineum, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak
terjadi defleksi terlalu cepat saat kepala lahir. Minta ibu meneran diantata
dua his, kemudian lahirlah bayi secara normal.
8.
Begitu bayi
lahir, keringkan dan selimuti bayi. Mulai melakukan resusitasi bayi baru lahir
jika diperlukan.(lihat standar 24)
9.
Lahirkan
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikutti
langkah-langkahpenatalaksanaan aktif kala tiga, sesuai dengan standar 11.
10. Periksa
perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomy, perluasan episisotomi
dan/atau laserasi
11. Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, dengan menggunakan tehnik
aseptic, berikan anastesi local (lidokain
1%), lalu jahit perlukaan dan/atau laserasi dengan peralatan steril/DTT. (lhat standar 12).
12. Lakukan
jahitan sekitar 1 cm diatas ujung luka episiotomy atau laserasi si dalam
vagina. Lakukan penjahitan secar berlapis. Mulai dari vagina kea rah perineum,
lalu dengan perineum
13. Sesudah
penjahitan, lakuakan masase uterus untuk memastikan bahwa uterus kontraksi
dengan baik. Pastikan, bahwa tidak ada kasa yang tertinggal I vagina dan
masukan jari dengan hai-hati ke rectum untukmemastikan bahwa penjahitan tidak
menembus dinding rectum. Bila hal tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan
lakukan jahit ulang. Lepaskan sarung tangan yang sudah berkontaminasi.
14. Kenakan
sarung tangan yang bersih, bersihkan perineum dengan air matang, buatlah merasa
bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti.
Bila perdarahan masih ada, periksa sumbernya. Bila berasal dari luka
episiotomy, temukan titik perdarahan dan segera ikat, jiak bukan, ikuti standar
21.
15. Pastikan ibu
diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering, serta menggunakan
pembalut wanita/kain bersih yang telah dijemur.
16. Catat semua
perawatan an temuan dengan seksama. Ikti standar untuk perawatan postpartum.
OUT PUT
1.
Komplikasi segera dideteksi dan di rujuk.
2.
Penurunan kejadian infeksi pada Ibu dan bayi baru lahir,
3.
Penurunan kelahiran akibat perdarahan pasca perslinan
4. Pemberian ASI dimulai 1 jam pertama sesudah persalin.
5. penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat
6.
Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua
2.
Standar Penampilan Minimal
Dari standar personel, standar
fasilitas,standar lingkungan serta standar proses dalam proses pertolongan perasalinan di BPS Yayuk Kuntarti, Amd, Keb. di atas sudah cukup baik di lihat dari alat-alat
sudah cukup lengkap dan dalam proses pertolongan persalinan baik
BAB III
3.1
Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran
janin serta plasenta dari uterus melalui jalan
lahir. Ketika
persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya yaitu dengan cara ibu meneran apabila ada kontraksi. Peran
petugas adalah memantau persalinan dan
mendeteksi adanya tanda bahaya yang akan terjadi saat persalinan, dalam hal
itu bidan harus memenuhi standar persyaratan minimal yaitu standar personel,
standar fasilitas, standar proses serta
standar lingkungan sehingga pasien merasa
puas dengan pelayanan yang kita
berikan dalam pelayanan kebidanan.
Standart
pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang di perlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standart pelayanan akan
sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil
pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standart
pelayanan, yang dapat di bandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka
masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana
pelayanan.
Dari
pembahasan yang kami bahas di atas maka dapat di simpulkan bahwa standart
pelayanan minimal pertolongan persalinan di BPS Yayuk Kuntarti, Amd. Keb.
wilayah kerja puskesmas pakong sudah memenuhi standar. Serta manajemen di BPS
sudah baik dan terencana sehingga mendapatkan output yang baik.
3.2 Saran
Diharapkan pada mutu pelayanan
dibps dapat ditingkatkan untuk menjadi lebih baik lagi. sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan nyaman lebih bermutu.
DARTAR PUSTAKA
dr wijono, wibisono. 2006. Buku 1 standar
pelayanan kebidanan, Jakarta: pengurus pusat ikatan kebidanan
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
Jakarta,2007.
Manajemen
Pelayanan Kebidanan, ECG, Jakarta,2008.
1 komentar:
Sangat bermanfaat dan membantu tugas saya, terimakasih..
1 Mei 2017 pukul 00.57livsehat.id
artikel kesehatan lengkap
Posting Komentar